Site selection history

Site selection history

Introduction

Since at least the mid-1980s, Batan’s preferred nuclear power plant site has been located on the Muria peninsula on the northern coast of Central Java, and since at least 1996, the preferred site on the peninsula has been Ujung Lemah Abang in the village of Balong. However, the process of searching for and deciding on an appropriate site for Indonesia’s first nuclear powered electricity generating plant commenced in the early 1970s.  14 sites were proposed in 1975 by the Location Sub-committee of Nuclear Power Plant Construction Preparation Committee, of which five were selected in the Karangkrates workshop in the same year.  Sites mentioned in Java to this point included Pasuruan, Bondowoso, Lasem, the Muria peninsula (Ujung Grengganan, Ujung Watu and Ujung Lemah Abang), Tanjung Pujut, Ujung Genteng, Pangandaran dan Malang Selatan.The joint Batan-NIRA study selected the Muria peninsula as its preferred location in 1983. The NewJEC consultancy over 1991 – 1996 focussed on three Muria sites – Ujung Grengganan, Ujung Lemah Abang and Ujung Watu. Ujung Lemah Abang emerged as Batan’s preferred site, and remained so until 2008 when Batan and the Ministry of Research and Technology began to throw doubt on the certainty of the Ujung Lemah Abang site because of the level of public and scientific criticism. 

See also:

Figure 1. IAEA map of three Muria peninsula sites
Source: Country Nuclear Power Profiles: Indonesia, 2009 Edition, Nuclear Power Engineering Section, IAEA.

Muria peninsula sites - IAEA 2009
Source: Country Nuclear Power Profiles: Indonesia, 2009 Edition, Nuclear Power Engineering Section, IAEA. (updated on July 2009)<br /> http://www-pub.iaea.org/MTCD/publications/PDF/cnpp2009/countryprofiles/Indonesia/Indonesia2003.htm

Figure 2. Historical candidate NPP sites – Google Earth

Historical candidate sites
Sites considered as possible candidate nuclear power plant locations from 1974 to 2008

 

Historical candidate sites:

North coast of Java:

  • Pasuruan

    • East Java
    • S 7° 38′ 0” E 112° 53′ 59”
    • Location map: Geonames
  • Bondowoso

    • East Java
    • S 8° 0′ 0” E 114° 0′ 0”
    • Location map: Geonames
  • Lasem

    • Central Java
    • S 6° 42′ 0” E 111° 26′ 0”
    • Location map: Geonames
  • Muria peninsula

    • Ujung Watu

      Ujung Grenggengan

    • Ujung Lemah Abang

  • Tanjung Pujut

    • Banten
    • S 5° 52′ 0” E 106° 2′ 0”
    • Location map: Geonames

South coast of Java:

  • Ujung Genteng

    • S 7° 23′ 0”E 106° 24′ 0”
    • Location map: Geonames
  • Pangandaran

    • S 7° 41′ 0” E 108° 39′ 0”
    • Location map: Geonames
  • Malang Selatan

Analysis

Seminar  “Nuclear Power Plant for Public Information”, Penyelenggara : Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE) dan Korea Hydro & Nuclear Power Co. Ltd (KHNP), 29 Agustus 2006 Jakarta [cited by Ir Agusman Effendi]

Pada tahun 1975, dihasilkan beberapa rekomendasi daerah pilihan yaitu 5 daerah di antara 14 daerah potensial di Jawa. Kemudian, Semenanjung Muria merupakan satu-satunya yang dianggap paling layak untuk calon tapak dibanding kawasan lainnya. Empat belas lokasi yang diteliti BATAN bekerjasama dengan NIRA dari Italia adalah 11 lokasi di Pantai Utara Jawa dan 3 lokasi di pantai Selatan. Sebagian daerah pantai Utara adalah Pasuruan, Bondowoso, Lasem, Semenanjung Muria dan Tanjung Pujut di Jawa Barat. Sedangkan di bagian Selatan adalah Ujung Genteng, Pangandaran dan Malang Selatan.

Expected role of nuclear science and technology to support the sustainable supply of energy in Indonesia, Soedyartomo Soentono, Ferhat Aziz, Progress in Nuclear Energy, 50 (2008) 75-81.

The preparation of candidate sites for Java-Madura-Bali grid has actually long been carried out observing the international and national standard requirements. The first selection was done in 1974-1975, including the site reconnaissance, by the Location Sub-committee of Nuclear Power Plant Construction Preparation Committee. The results of the Subcommittee were 14 proposed areas. The second selection in 1975 done by the Karangkates Workshop, including the site survey, selected five areas, while the third selection, done in 1980-1983 by Batan-NIRA Site Survey, selected two areas with its own preferred sites. The first rank was Muria Area which further investigated leading to the forth selection done in 1991 – 1996 by Newjec Site & Environmental Study on Muria (Batan Tim STSK-PLTN). This study concluded three suitable sites in Muria Area with Ujung Lemahabang Site as the first rank.

Banjir panas di teluk rembang, Majalah Tempo, 27/VII 03 September 1977

BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) mulai bersiap. Tiga tahun lagi. PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir) Indonesia yang pertama akan mulai dibangun. Itu setelah dua tahun berulat dengan keragu-raguan memperoleh dana sebanyak 400 juta dollar AS untuk biaya membangun sebuah PLTN. Lokasinya sudah jelas. Yakni seperti dibeberkan Budi Sudarsono, staf ahli BATAN pada kmpas, 18 Agustus lalu, “di sebelah timur Jepara antara gunung Muria dan Lasem,” Jawa Tengah. Itulah lokasi pertama yang dipilih BATAN dari kelima alternatif semula, yang semuanya terletak di pantai pulau Jawa. Survainya sudah berlangsung sejak tahun lalu. Seperti dibeberkan dalam lokakarya pemilihan lokasi PLTN di Karangkates, Malang, pertengahan 1975, pemilihan lokasi PLTN tergantung pada data gempa, curah hujan, gerak angin, kepadatan penduduk, penggunaan dan iifal tanah, tata air, dan beban listrik. Curah hujan dan tata air sangat penting, karena PLTN membutuhkan banyak air. Pertama, untuk direbus dengan panas reaktor nuklir sampai jadi uap, yang selanjutnya memutar baling-baling turbin listrik. Kedua, untuk pendinginan reaktor nuklir itu sendiri secara kontinyu.

Mungkin itulah sebabnya BATAN menjatuhkan pilihalmya yang pertama pada daerah di pantai Teluk Rembang, tempat Kali Juwana bermuara. Terletak hampir di tengah perjalanan bis dari Jakarta ke Surabaya. 600 Mega Watt listrik yang akan dibangkitkannya selepas Repelita III diharapkan dapat menyeimbangkan beban listrik – dan juga konsentrasi pembangunan – antara Jakarta dan Surabaya

Tapi bagaimana pengaruh kehadiran PLTN itu sendiri terhadap lingkungan di situ? Hal itu memang banyak dibicarakan sejak dua tal1un lalu. Bukan cuma soali radiasi ampas nuklir – yang di negara maju sudah sebagian teratasi dengan bungkus timah atau emas, atau dipendam di tambang garam. Tapi juga bahaya “polusi air panas,” yang dikemukakan oleh Dr Aprilani Soegiarto, Direktur Lembaga Oseanografi Nasional.

  Project coordinator: Richard Tanter
Additional research:
Arabella Imhoff
Updated: 4 December 2009